DKT-News.com
Ternyata buah tangan untuk Presiden Amerika Obama oleh SBY yang
dianugerahi Mantan Mentri Dalam Negri Gamawan Fauzi membuka peluang
usaha baru di Indoinesia, bahkan pengerajin ini mempekerjakan puluhan
pengangguran, tak ketinggalan bagi yang sudah punya usaha, kin mereka
cendrung eralih propesi menjadi Pengerajin usaha batu Cincin.
Penyuka batu akik do santero Nusantara ini bahkan belakangan terus
menjamur. Para “penggila” akik ini, biasanya membawa senter atau
handphone yang juga memiliki lampu senter. Senter dan lampu telepon
genggam berfungsi untuk melihat kualitas batu memang dengan cara seperti
itu. Bagi yang paham soal batu akik, cukup melihat warna atau bentuk,
sudah tahu nama akik tersebut.
Namun banyak juga pemula batu akik ini ketipu karena belum faham
jenis dan harga saja. Harga batu akik mulai dari Rp150 ribuan hingga Rp4
juta bahkan ada yang rausan juta. Pembelinya juga bukan hanya warga
Pelalawan sekitarnya, tetapi ada yang datang dari luar daerah.
Pengasah batu di jalan Akisia, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau,
membenarkan bahwa masyarakat banyak yang menyukai batu akik. Bagi yang
sekadar penyuka, kata pengerajin dadakan ini, mereka hanya menunggu
diberi orang atau memburu di lahan-lahan yang diduga mengandung batu
akik. :Kemudian mereka memotong dan menggosok sendiri, dengan peralatan
sederhana,” jelasnya.
Untuk memoles sebuah bongkahan batu akik menjadi batu akik dalam
ukuran kecil yang layak siap jual, peralatan sederhana. Untuk memotong,
perlu pahat atau benda yang bisa memotong. Sedangkan untuk mengasah,
biasanya terbuat dari roda sepeda yang diberi tali untuk menggerakkan
gerinda. Roda digerakkan dengan tangan.
Harga batu akik terkadang tidak masuk akal. Yang murah memang banyak.
Namun, yang harganya hingga ratusan juta juga tidak sedikit jumlahnya.
“Orang yang benar-benar menyukai batu akik, ia mau membeli dengan
harga tinggi sekalipun. Sebuah batu akik saya, yakni bungur, pernah
dibeli orang luar negeri seharga Rp400 juta,” ujarnya.
Memang bisnis batu akik tak selamanya cepat mengeruk keuntungan.
Dalam bisnis akik, seperti orang mau melamar. Ada mahar. Kalau tertarik,
berapapun harganya dibayar. Tetapi, bisa saja pemilik batu akik memberi
cuma-Cuma kalau meyakini bahwa akiknya memang sudah jodoh kepada orang
yang akan diberi.
“Batu akik milik saya ini sering dan tak sedikit member atau diminta
orang yang datang. Saya pun sukacita memberinya kalau diminta. Tetapi,
kalau merasa tak cocok, tamu itu mau membeli pun tidak saya jual,” kata
pengrajin batu akik yang berasal dari Sumbar ini.
Hal itu juga diakui salah seorang pengerajin di Pasarbaru Pangkalan
Kerinci. Disebutnya tamu yang datang ke rumahnya untuk memburu batu
akik, tak jarang dari kalangan pejabat, pengusaha, dan legislatif.
Umumnya, kata dia, mereka memang mau membeli. “Tetapi, saya juga tetap
menyilakan mereka mengambil akik yang saya sediakan di piring,” katanya.
Jadi, bisa saja sebuah batu akik berharga tinggi, namun pembeli bisa
mendapatkan beberapa akik yang belum diikat dengan cincin. “Bisnis
cincin ini bukan seperti bisnis barang lainnya, di sini perkawanan lebih
diutamakan,” jelasnya.
Sejak booming batu akik, di Pelalawan kini makin menjamur tukang
potong dan pengasah. Selain itu, ada yang menggeluti penggalian batu.
Sedangkan ujar salah seorang pengerajin Hasan, lebih banyak hanya
mempekerjakan orang: dari penggali, pemotong, hingga mengasah batu akik.
Setelah terkumpul banyak, ia pun membeli emban—biasanya di
Jakarta—terbuat dari perak. Untuk mengikat batu akik pun, ia juga
mengupah orang.
Setelah itu, cicncin-cincin yang sudah ada batu akik dari berbagai
jenis dan nama, ia masukkan ke dalam kotak. Kemudian ia bungkus dengan
lakban. Kotaj-kotak ini siap dipasarkan: baik di dalam provinsi, maupun
luar bahkan hingga mancanegara.
“Bisnis batu akik ini benar-benar menjanjikan,” katanya lagi, apalagi
bagi pembeli pemula harga 100 Ribu bisa dijual 1 Juta.(basya)