Jika Anda memasuki wilayah Kabupaten Gianyar (dari arah Kota
Denpasar), persis di pintu masuk sebelah kanan jalan akan terlihat
patung berukuran besar. Itulah Patung Tiga Dewi. Belum banyak yang tahu
bahwa patung berbahan perak itu adalah kreasi CV Ubud Corner Silver atau
lebih dikenal dengan nama (merek) UC Silver.
~~
UC Silver yang memang bermarkas di Batubulan (masuk kawasan Wisata
Ubud), Kabupaten Gianyar itu sebenarnya telah beroperasi sejak 1989.
Perusahaan lokal ini dikembangkan oleh empat kakak-beradik: I Wayan
Sutedja, I Made Dharmawan, I Nyoman Eriawan, dan I Ketut Sudiarsana.
Bermula dari sebuah toko kecil, empat saudara itu berhasil mengembangkan
UC Silver sehingga memiliki sebuah galeri dan bengkel di atas lahan
seluas hampir 1 ha. Lebih dari itu, produk kerajinan perak UC Silver pun
telah merambah pasar Asia, Amerika Serikat, Australia dan Eropa.
Seiring berjalannya waktu, keterlibatan empat kakak adik ini dalam
mengurus UC Silver mulai berkurang. Kini, operasional perusahaan mulai
ditangani generasi kedua mereka. Arya Suteja (29 tahun) yang memang
sejak dini sudah dilibatkan tampaknya dipercaya dan dipersiapkan untuk
mewarisi pengelolaan bisnis UC Silver.
Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengahnya, Arya diterbangkan
ke Benua Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan pemasarannya di Simon
Fraser University, Kanada, Arya sempat bekerja di sebuah perusahaan di
AS selama dua tahun. Toh, Arya pun tak kuasa menolak panggilan orang tua
dan paman-pamannya agar pulang kampung dan turut mengembangkan UC
Silver. “Ajakan yang sama ditawarkan juga ke adik-adik sepupu yang mau
bergabung ke UC Silver. Tapi untuk saya, ajakannya bersifat wajib,” ucap
Arya sambil tersenyum.
Adanya kewajiban Arya untuk masuk ke UC Silver dibenarkan oleh
ayahnya, I Wayan Suteja. “Mau tidak mau, suka tidak suka sebagai
laki-laki tertua, Arya memang harus meneruskan bisnis ini,” ujar Wayan
Suteja. “Tapi saya tidak pernah khawatir karena Arya memang pekerja
keras dan mau belajar,” tambahnya yakin.
Bergabungnya Arya pada 2010 ternyata membawa nuansa baru ke tubuh UC
Silver. Walaupun jabatan resminya sebagai direktur pemasaran, Arya kerap
terjun langsung ke semua lini. Tak jarang Arya ditemui ikut menata
galeri, berada di antara tukang-tukang perajinnya, atau di lain
kesempatan tampak asyik menikmati makan siang bersama anak buahnya.
Terkesan tak ada jarak dengan para pekerjanya. “UC itu milik bersama.
Mari kita tumbuh bersama,” demikian spirit yang selalu diucapkan Arya
pada tim kerjanya yang sekarang didominasi anak-anak muda.
“Kami memberikan apresiasi pada keputusan Arya yang melibatkan
anak-anak muda dalam sistem manajemen untuk menciptakan profesionalisme
kerja,” kata Wayan Suteja.
Selain menerapkan budaya kerja yang egaliter dan banyak melibatkan
anak muda, Arya juga diberi kebebasan melakukan pembaruan. “Tak jarang
saya harus berkali-kali mengajukan proposal sebelum akhirnya disetujui,”
ucap Arya seraya tertawa. “Tapi, saya jadi belajar bagaimana meyakinkan
ayah dan paman-paman agar percaya bahwa tindakan saya menguntungkan
perusahaan. Saya juga belajar gigih dan pantang menyerah,” tambahnya.
Salah satu pembaruan yang dilakukan Arya adalah mulai digarapnya
pasar ritel dan lokal. Arya tidak membutuhkan waktu lama untuk
mendongkrak pangsa pasar domestik. Untuk pasar ritel, Arya mengklaim,
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan pembelian oleh
wisatawan domestik, menggeser kontribusi konsumen dari pasar Eropa.
“Saya memang serius menggarap pasar ritel, setelah bertahun-tahun UC
hanya menggarap pasar ekspor,” kata ayah dua putri ini.
Tanpa mau menyebut angka, diklaim Arya, kini penjualan ekspor dan
ritel pun menjadi seimbang. Untuk pasar ekspor, kontribusi pasar AS
masih menduduki peringkat pertama, disusul Australia, Eropa dan Asia.
Kini, selain di Batubulan, galeri UC Silver pun telah ada di Bangkok dan
Tiongkok, tetapi operasionalnya dikelola oleh mitra usaha di sana. Arya
pun berambisi bisa membuka dan mengelola sendiri galeri UC Silver di
AS. “Kami ingin UC Silver menjadi merek internasional, sebagai produk
lokal yang mendunia,” ucap pria kelahiran 16 September 1985 ini
bersemangat.
Menurut Arya, produk UC Silver – yang didesain oleh sang paman, I
Nyoman Eriawan – sejak awal memang sudah mengkhususkan pada desain yang
unik dan tidak biasa, yakni terinspirasi dari alam sekitar. Bahannya
memakai perak di atas standar internasional (92,5%) dan dikombinasikan
dengan batu permata pilihan atau emas. Produk ini pula lebih
mengandalkan keahlian tangan para tukangnya. Karena itulah, harga produk
UC Silver tidak hanya ditentukan berapa banyak bahan baku perak atau
emas yang digunakan, tetapi juga tingkat kesulitan dan eksklusivitasnya.
UC Silver pun terbiasa membatasi jumlah produk. Bahkan, untuk desain
produk tertentu, UC Silver hanya memproduksi satu saja, sesuai dengan
slogannya: I’m Unique. “Kami mencoba mengedukasi bahwa produk kami
adalah karya seni. Oleh karena itu, UC Silver memberikan sertifikat pada
setiap produknya sebagai jaminan seumur hidup yang dilengkapi cerita
dan filosofi di balik produk yang dibeli,” papar Arya.
Arya juga mengaku ingin memberikan pengalaman kepada para pengunjung
galeri UC Silver tentang kompleksitas proses pembuatan sebuah perhiasan.
Dengan begitu, bisa timbul penghargaan terhadap barang yang dibeli.
Jika memasuki galeri UC Silver, kita tidak akan menemukan rak-rak kaca
tertutup rapat, tetapi semua produknya yang berupa perhiasan – seperti
anting, kalung, cincin, bros, dan semacamnya – ditata cantik di atas
meja terbuka. Pengunjung tidak sekadar bisa melihat, tetapi dapat dengan
bebas memegang dan mematut-matutkan sebelum menentukan pilihan.
Sekarang, di luar bisnis kerajinan perak, UC Silver sudah merambah
bisnis hotel. Hotel yang dikelola adalah Kuta Angel, sebuah hotel butik
berkamar 27 yang eksteriornya juga menyerupai galeri UC Silver. “Saya
yang mengusulkan kepada para orang tua agar mengembangkan bisnis hotel,
toko oleh-oleh dan restoran, supaya adik-adik (yang sekarang masih
sekolah di luar negeri) punya pilihan bila nantinya mereka mau bergabung
ke UC Silver,” ungkap Arya.
Di area galeri UC Silver di Ubud juga sedang dibangun museum, yang
akan menjadi satu-satunya museum perhiasan yang mengoleksi perhiasan
dari Sabang sampai Merauke. Di dalam museum akan dipajang pula patung
naga sepanjang 20 meter, yang rencananya akan menghabiskan bahan baku
perak hingga 500 kg, plus sejumlah emas dan permata. Patung yang
rencananya akan didaftarkan ke MURI dan Guiness Book of Record ini masih
dikerjakan para perajin muda berusia di bawah 25 tahun. Sesuai dengan
visi Arya, UC Silver juga akan membangun resto dan toko oleh-oleh yang
khusus menjual semua hasil karya seni perhiasan yang berasal dari
seluruh Indonesia. “Kawasan UC Silver akan kami jadikan destinasi
wisata,” ucap Arya bersemangat.
Sumber : Swa.co.id