Posted by DKT Peluang Usaha on Wednesday, July 15, 2015
Gagal bukan berarti kalah untuk Helianti Hilman,
CEO & Founder
Javara Indonesia. Pada awal merintis usahanya, produk pangan organik,
ia menampung berbagai varian beras lokal yang namanya sudah asing
terdengar saat ini, seperti Menthik Susu, Cempo Merah, Jenggot Netep,
Wangi Menyan dan Andel Abang. Mantan konsultan pertanian ini mengemas
menarik produk langka itu dengan berat antara 400 gram dan 5 kg. Sesuai
dengan ongkos produksinya yang tinggi karena kelangkaannya, produknya
dibanderol dengan harga 2-3 kali lipat dari harga beras massal lainnya.
Dengan mencantumkan pada kemasan produknya berupa kisah proses
pembuatan produknya yang sehat, alami dan diproduksi oleh komunitas
petani dari daerah terpencil, Helianti pede memasarkan produknya ke
dalam negeri. Ia yakin, kalangan menengah-atas di Indonesia tertarik
dengan produk yang alami dan sehat. Namun, keyakinannya salah. Ia bahkan
sempat terlilit utang kartu kredit hingga Rp 300 juta. Tapi, Helianti
tak patah arang. Sejak tahun 2011, target pasar diubah dari semula
menyasar pasar domestik, kini fokus pada pasar ekspor.
Helianti Hilman, CEO & Founder Javara Indonesia
Lulusan master ilmu hukum jurusan Intellectual Property Right dari
Kings College, London, Inggris, ini juga giat mengikuti aneka pameran
produk organik di mancanegara seperti Biofach, SIAL Paris, dan SIAL
Kanada. Penjualannya pun berbalik, dari 80% lokal, menjadi 80% ekspor
dengan tujuan utama ke Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Italia, Jerman,
dan negara Eropa lainnya, hingga sekarang. Adapun di dalam negeri,
produknya yang diberi merek Javara bisa diperoleh di supermarket kelas
atas seperti Ranch Market dan Kem Chicks. Tak lupa, Ia kerap mengajak
1-3 orang petani berpameran ke luar negeri. “Dengan melihat produknya
dipajang di supermarket luar negeri, saya mau mereka merasa bangga
dengan produk dan profesi mereka sehingga nanti ada penerusnya,” kata
Helianti.
Kini, varian produk Javara kian bertambah, mencakup kacang hijau, aneka rempah, madu, garam, gula aren, kacang mete,
virgin coconut oil,
dan sebagainya. Total, kini ada 640 varian produk yang diproduksinya
dengan bantuan 50 ribu mitra petani saat ini. Puluhan ribu petani itu
tentu tak mungkin dibina oleh Javara yang hanya berawak 40 karyawan.
Karena itu, Javara membina 100 mitra perusahaan pengolah produk di
daerah yang mengawasi kualitas tanaman petani dan hasil panennya, serta
mengemasnya.
Dari dapur resep miliknya, Helianti menguji coba aneka menu baru yang
bisa dihasilkan dari produk rempah Indonesia. Modifikasi resep dalam
menggunakan bahan makanan Indonesia sangat penting agar produknya mudah
diterima pasar luar negeri. Salah satu inovasinya, penggunaan kemiri
dalam saus pesto yang kerap dikonsumsi masyarakat Italia. “Saat kami
tunjukkan di pameran luar negeri rasa saus pesto pakai kemiri, langsung
ordernya kontaineran. Kuncinya, inovasi dan pahami karakter pasar.
Jangan pasarkan kemiri ke luar negeri untuk ayam goreng kemiri, mereka
gak kenal. Yang penting, produknya diterima dulu untuk membuat produk
makanan mereka,” katanya. (Reportase: Eddy Dwinanto Iskandar)