SURABAYA, kabarbisnis.com: Saat ini di sejumlah
kota, terutama yang memiliki kampus negeri, banyak bermunculan warung
kopi di pinggir jalan. Warung ini kerap juga disebut "Warung Indomie"
karena menyajikan mi instan sebagai menu andalan.
Meski kelihatan
sepele, ternyata bisnis warung jalanan ini punya omzet luar biasa jumbo.
"Per hari untung bersih bisa Rp 300.000," ujar Helmi, yang memiliki
"Warung Indomie" di kawasan kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
kepada kabarbisnis.com.
Helmi mempunyai 4 warung di Surabaya,
tersebar di kawasan Unesa, Unair, dan UPN Veteran. Di tiap warung itu,
saban harinya, Helmi bisa meraup untung bersih sekitar Rp300.000. Dalam
sebulan, dia meraup untung hingga puluhan juta rupiah. Tiap hari, Helmi
keliling ke empat warungnya untuk melakukan pengawasan dan merekap hasil
penjualan. "Untungnya fluktuatif. Alhamdulillah," ujarnya merendah.
Dia
mempekerjakan 2-3 orang di tiap warung, bergantung besarnya dan tingkat
keramaian warung. "Sejak menggeluti bisnis ini dua tahun lalu, saya
punya kesimpulan: setiap warung kopi, di mana pun tempatnya, akan
menciptakan permintaannya sendiri. Jadi kalau sampai ada warung kopi
tutup itu pasti karena kesalahan pemiliknya sendiri, bukan karena
pasar," ujar Helmi yang merupakan alumnus Unesa.
Warung semacam
ini biasanya menjual berbagai macam jenis makanan dan minuman, seperti
kopi, teh, kacang hijau, kacang, mi goreng, mi rebus, minuman penyegar,
beragam gorengan, dan sebagainya. "Yang laris paduan mi goreng telur
plus sayur sawi dan es teh. Kopi juga banyak peminatnya," cerita Helmi.
Helmi
bercerita, untuk memaksimalkan keuntungan, komposisi penjualan di
warungnya dijaga dengan persentase 70% minuman dan 30% makanan. "Atau
maksimal makanan 40% dan minuman 60%. Profit paling besar ada di
minuman. Kalau laba dari makanan agak kecil," kata dia.
Nah, Helmi bersedia berbagi tips untuk Anda yang ingin menjajal bisnis ini.
Pertama, tentukan lokasi.
Upayakan
lokasi Anda di tempat yang dekat dengan rumah kos mahasiswa atau
perkantoran. Tapi lokasi strategis ini bukan syarat utama. Helmi yakin,
meski lokasi kurang strategis, permintaan pasti akan datang. "Lokasi
hanya menentukan besar-kecilnya laba. Misal lokasi Anda di kampung, ya
konsumennya mungkin terbatas dibanding lokasi yang dekat dengan kampus,"
kata dia.
Kedua, menyiapkan peralatan.
Alat
masak-memasak, termasuk meja dan kursi, piring, gelas, sendok, garpu,
mangkuk, kompor, wajan, panci dan sebagainya, perlu disiapkan dengan
baik. Upayakan beli di tempat grosir supaya lebih murah, sehingga bisa
menekan modal Anda.
Siapkan pula aliran air bersih untuk membuat
makanan-minuman. Jangan lupa beri gimmick yang menarik, misalnya dengan
spanduk nama warung yang unik.
Ketiga, siapkan menu variatif.
Tidak
semua orang yang datang ke warung kopi adalah penyuka kopi. Karena itu,
siapkan banyak menu minuman lain, seperti teh, bubur kacang hijau,
bahkan jika memungkinkan bisa ada jus buah. Untuk camilan, siapkan
kacang, tempe mendoan, tahu isi, atau ketela dan pisang goreng.
Keempat, siapkan modalnya.
Menurut
Helmi, modal awal untuk memulai bisnis ini sebenarnya tak mahal.
Misalnya, untuk bahan baku (mi, telur, kopi, teh, dan sebagainya) tak
sampai Rp 3 juta. Lalu peralatan masak dan meja-kursi sekitar Rp 5 juta.
Yang mungkin mahal adalah sewa lokasi jika Anda belum mempunyai tempat
sendiri.
Kelima, lakukan promosi.
Promosi
warung semacam ini tidak terlalu sulit. Cukup siapkan dekorasi yang
minimalis dan bersih, lalu beri tampilan di spanduk yang menarik. Jika
bisnis Anda terus berkembang hingga menjadi warung kopi yang semi kafe,
cobalah rangkul komunitas untuk membuat kegiatan di tempat Anda.